BERITA 13, YOGYAKARTA - Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal
sebagai kota pelajar masih memfokuskan untuk menuntaskan penyandang buta aksara
di DIY yang tersebar di setiap daerah dan optimis dapat tuntas di akhir tahun
2015 ini. Dari 29.064 jiwa penyandang buta aksara 23.022 diantaranya adalah
kaum perempuan.
Kepala Pendidikan Non Formal dan Informal
(PNFI) Dindikpora DIY, Dra. Mulyati Yunipraptiwi,
M.Si, mengatakan perkembangan dalam menuntaskan penyandang buta aksara
ini cukup tinggi dan adanya percepatan untuk mewujudkan melek aksara.
“Data BPS penyandang buta aksara DIY mencapai
sekitar 29.000 jiwa di dominasi oleh kaum perempuan. Tahun 2010 penderita buta
akasara ada 283.600-an jiwa, hingga 5 tahun setelahnya Pemda DIY bekerja sama
dengan Dindikpora DIY telah menuntaskan sekitar 20.000 jiwa penyandang buta
aksara. Tahun 2014 target sudah mencapai 94,4% atau berkurang 47.776 jiwa padahal
target kami tahun 2017 sudah tuntas tetapi di tahun 2015 ini sudah hampir mencapai
target. Kami optimistis tahun ini DIY sudah bebas dari tuna aksara, meski
pemerintah pusat baru menargetkan bebas secara nasional pada 2017” Ujarnya.
Mulyati juga
menjelaskan bahwa penyandang buta aksara tingkat pertama terbanyak berada di
Gunung Kidul yang mencapai sekitar 11.479 jiwa, disusul oleh Bantul sebanyak
8.335 jiwa, Sleman 5.780 jiwa, Kulon Progo 2.660 dan paling sedikit berada di
Kota Yogyakarta sejumlah 810 jiwa. Hal ini juga disebabkan karena sarana dan
prasarana yang kurang memadai dan belum merata.
Penurunan yang
cepat tersebut disebabkan adanya program percepatan penuntasan buta aksara yang
rutin dilakukan oleh Dindikpora DIY. Program yang digulirkan antara lain penyiapan
petugas khusus dalam pendataan angka buta aksara serta pelatihan oleh relawan
yang mau mengajarkan membaca, berhitung dan, menulis hingga ke tingkat bawah.
“Kami mengintensifkan program
pendidikan keaksaraan dasar (PKD) yang ada di setiap Kabupaten. Dalam PKD kami
tetap menekankan pengajaran mengenai calistung (membaca, menulis, berhitung)”
Tambahnya.
Pemberantasan buta aksara
sangat penting, mengingat mereka yang masih mengalami buta aksara akan
kesulitan dalam mengakses informasi yang terkait dengan pribadinya, dan secara
tidak langsung juga dapat menghambat kesejahteraan mereka.
(Rep : Cahya Wening A.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar