Senin, 28 Desember 2015

Penuntasan Tuna Aksara Kota Pelajar Lebih Cepat dari Target

BERITA 13, YOGYAKARTA - Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar masih memfokuskan untuk menuntaskan penyandang buta aksara di DIY yang tersebar di setiap daerah dan optimis dapat tuntas di akhir tahun 2015 ini. Dari 29.064 jiwa penyandang buta aksara 23.022 diantaranya adalah kaum perempuan.

Kepala Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) Dindikpora DIY, Dra. Mulyati Yunipraptiwi, M.Si, mengatakan perkembangan dalam menuntaskan penyandang buta aksara ini cukup tinggi dan adanya percepatan untuk mewujudkan melek aksara.

“Data BPS penyandang buta aksara DIY mencapai sekitar 29.000 jiwa di dominasi oleh kaum perempuan. Tahun 2010 penderita buta akasara ada 283.600-an jiwa, hingga 5 tahun setelahnya Pemda DIY bekerja sama dengan Dindikpora DIY telah menuntaskan sekitar 20.000 jiwa penyandang buta aksara. Tahun 2014 target sudah mencapai 94,4% atau berkurang 47.776 jiwa padahal target kami tahun 2017 sudah tuntas tetapi di tahun 2015 ini sudah hampir mencapai target. Kami optimistis tahun ini DIY sudah bebas dari tuna aksara, meski pemerintah pusat baru menargetkan bebas secara nasional pada 2017” Ujarnya.

Mulyati juga menjelaskan bahwa penyandang buta aksara tingkat pertama terbanyak berada di Gunung Kidul yang mencapai sekitar 11.479 jiwa, disusul oleh Bantul sebanyak 8.335 jiwa, Sleman 5.780 jiwa, Kulon Progo 2.660 dan paling sedikit berada di Kota Yogyakarta sejumlah 810 jiwa. Hal ini juga disebabkan karena sarana dan prasarana yang kurang memadai dan belum merata.

Penurunan yang cepat tersebut disebabkan adanya program percepatan penuntasan buta aksara yang rutin dilakukan oleh Dindikpora DIY. Program yang digulirkan antara lain penyiapan petugas khusus dalam pendataan angka buta aksara serta pelatihan oleh relawan yang mau mengajarkan membaca, berhitung dan, menulis hingga ke tingkat bawah.

“Kami mengintensifkan program pendidikan keaksaraan dasar (PKD) yang ada di setiap Kabupaten. Dalam PKD kami tetap menekankan pengajaran mengenai calistung (membaca, menulis, berhitung)” Tambahnya.

Pemberantasan buta aksara sangat penting, mengingat mereka yang masih mengalami buta aksara akan kesulitan dalam mengakses informasi yang terkait dengan pribadinya, dan secara tidak langsung juga dapat menghambat kesejahteraan mereka.

(Rep : Cahya Wening A.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar