Minggu, 22 November 2015

Beralihnya Fungsi Pertanian Menjadi Lahan Bisnis Perumahan

Akhir – akhir ini Yogyakarta menjadi pusat pembangunan perumahan. Banyaknya potensi dan lahan membuat pebisnis mau mendirikan bisnisnya di Yogyakarta. Akibatnya dampak sosial pun harus dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah.
Jalan Magelang KM 5 merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat pembangunan perumahan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, potensi pariwisata membuat banyak pendatang ingin memiliki hunian di Jogja. Hal ini menjadikan kebutuhan terhadap perumahan meningkat 50%. Bidang Tata Ruang dan Bangunan pun mulai memproyeksikan kebutuhan Kota Yogya terhadap pembangunan perumahan.
“Nanti dianalisis terlebuh dahulu, dihitung jumlah pendatang pertahunnya kemudian diproyeksikan 10 tahun mendatang”, kata Fitri Oknani, Bidang Tata Ruang dan Bangunan, Dinas PUP dan ESDM Yogyakarta.
Para pebisnis yang dengan begitu saja mendirikan perumahan tanpa memperhatikan peraturan pendirian bangunan, membuat bidang tata ruang harus kembali menerima keluhan dari masyarakat terkait dengan penyalahgunaan tata ruang dan bangunan.
Fitri Oknani menambahkan, “Sebenarnya ada ijin tapi ada dibalik itu kita tidak tahu menahu, tahu – tahu sudah berdiri seperti itu. Setelah dilihat mereka tidak melakukan Amdal, UKL, UPL, ada yang seperti itu juga membuat kami menerima keluhan dari masyarakat. Masyarakat mengirim surat ke PU atau langsung ke Ngarso Dalem itu juga pernah. Di PU sendiri juga ada website buat pengaduan masyarakat, jadi masyarakat kalau ada pelanggaran tata ruang dan bangunan, atau mengadu bisa ke web itu”.
Polusi udara dan kebisingan saat pembangunan perumahan dimulai, serta kurangnya pasokan air setelah perumahan selesai didirikan menjadi hal yang biasa bagi masyarakat sekitar perumahan. Selain itu, kekhawatiran masyarakat terhadap tergerusnya kehidupan tradisional semakin meningkat, dngan adanya pembangunan perumahan yang tidak terkendali.
Bambang, warga sekitar perumahan di jalan Magelang mengatakan bahwa pernah ada kekeringan lima tahun yang lalu tetapi setelah dilakukan suntik pada sumur maka tidak kekeringan lagi.
Namun berbeda dengan Asmoro, warga sekitar perumahan jalan Kaliurang, “Disini gak pernah kekeringan, tapi pernah warga takut sumur – sumur kering kemudian mereka menjamin dengan ngasih uang ke warga, tapi kenyataannya gak pernah tuh kekeringan. Mungkin karena disekitar perumahan itu banyak taman yang membuat sumur – sumur teta mengalir, meski sebagian besar lahan – lahan berubah jadi rumah”.
Dibalik resahnya masyarakat terhadap pembagunan perumahan, sektor mall dan grosir lebih diuntungkan disebabkan kebutuhan pokok para pendatang terpenuhi. Hal ini diungkapkan oleh Pengamat Ekonomi dari FEB UGM, Sri Adiningsih, “Pendatang yang kebanyakan dari warga menangah keatas, pastilah kalau memenuhi kebutuhannya ke mall atau grosir karena lengkap. Dan mereka memasok bahan pokok mereka, dengan banyaknya perumahan dan pendatang ini membuat mall dan grosir laku keras”.

Usaha untuk menekan jumlah pembangunan perumahan pun terus dilakukan, dengan menegakkan peraturan tata ruang serta pengetatan pengendalian.
(Novita Cellyn/HMM)

Problema Lokasi Baru PKL Sardjito

Relokasi pedagang kaki lima di depan RSUP Sardjito sudah dilaksanakan. Namun, problema baru muncul di tempat relokasi para PKL ini.
“ Kalau dari fasilitas masih kurang. Kalau ini masalah atap, masalah kursi sama meja juga kurang, maunya sih ada semacam roliingdoor, supaya kita juga gak was – was dagangan dicuri orang. Kalau dari air, kalau mau model otomatisbelum bisa karena mungkin faktor musim juga debit airnya lagi kurang ”, kata Ketua Paguyuban Pedagang Sardjito, Didik.
Meskipun relokasi ini berlangsung dengan damai, bukan berarti pekerjaan rumah pemerintah telah selesai. Masih banyak pembenahan yang harus terus dilakukan demi menjaga kenyamanan konsumen dan pedagang.
Didik menambahkan, penambahan fasilitas sangat diharapkan karena musim hujan yang telah tiba. Sehingga kekhawatiran kehilangan pelanggan karena kehujanan dapat diatasi.
Nurjanah, pengunjung kuliner Sardjito mengatakan, “Sebenarnya sih lebih nyaman yak arena dipusatkan disini. Jadi gak was – was soal makanannya gak higienis kaya pas di pinggir jalan, cuma mungkin dari segi tempat butuh dibagusin lagi”.
Tri Endah Yintani, Kepala Dinas Pasar Sleman mengungkapkan proses relokasi yang panjang sejak tahun 2005.
“Penataan PKL sebenarnya sudah kami lakukan dari tahun 2005. Namun karena akses lokasi yang kurang memadai, akhirnya banyak PKL yang kembali ke jalanan, dan akhirnya los yang ada hanya dijadikan gudang bahkan rumah tinggal untuk para pedagang ini.Kemauan pedagang untuk pindah ini juga karena ada perjanjian antara PKL dengan pihak kami, jika ada yang kembali ke jalan maka bisa kami putus kontrak jadi dia gak bisa berdagang di sekitar Sardjito lagi. Kami juga membantu para pedagang ini lewat promosi ke masyarakat, kami letakkan pamphlet di beberapa titik jalan sekitar Sardjito supaya masyarakat tau dimana lokasinya, dan datang ke pusat kuliner Sardjito”.
Tri Endah Yintani juga menjelaskan, pembangunan pusat kuliner Sardjito akan terus dilanjutkan, segala fasilitas yang ada di Pusat Kuliner Sardjito masih akan dibenahi. Terutama tempat yang belum ditutupi atap, dan fasilitas lain seperti meja dan kursi Diskusi secara berkala masih dilakukandengan perwakilan pedagang mengenai pemenuhan segala fasilitas yang dibutuhkan.

Pembenahan harus segera dilakukan pemerintah jika tidak ingin pedagang kembali ke jalan.
(Agni Kiasatina/HMM)

Sabtu, 21 November 2015

Hartono Mall Resmi Dibuka


Berita13, Sleman - Meskipun belum sepenuhnya selesai dibangun, Hartono Mall yang terletak di Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, akhirnya tetap diresmikan peluncurannya pada Jum'at (20/11/2015) pagi, bertempat di gedung mall setempat.

Acara peresmian ini turut dihadiri sejumlah manajemen Hartono Mall, diantaranya Dirut PT Data Melin Dunia Properti selaku Kontraktor Hartono Mall, Budi Santoso, serta General Manager Hartono Mall Herman E Fherro. Kapolda DIY Kombes Pol Drs. Erwin Triwanto juga turut dihadirkan dalam acara peresmian ini, khususnya sebagai bentuk kerjasama penanganan lalu lintas.

Momen peresmian pun ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Budi Santoso serta Herman E Fherro.

Budi Santoso kepada awak media menyatakan, pembangunan Hartono Mall sejatinya baru rampung sekitar 70%, sisa 30% pun lebih banyak tersedot pada kesediaan para tenant (penyewa gedung) untuk menentukan lokasi jualan yang pas untuk mereka (fitting lokasi).

"Secara umum mall ini baru rampung sekitar 70-an persen. Kami sendiri menargetkan pembangunan akan selesai seluruhnya pada Desember nanti. Apalagi pada bulan itu adalah waktu-waktu yang pas untuk merayakan momen liburan serta pergantian tahun. Jadi kita ingin ikut andil di dalamnya, sekaligus pengen tahu respon masyarakat Jogja seperti apa," papar Budi pasca-peresmian di gedung setempat, Jum'at (20/11/2015).

Budi menambahkan, pada hari pertama dibukanya Hartono Mall ini, baru ada 100 tenant yang sudah mengisi berbagai sudut di Hartono Mall. "Dengan mall ini yang berada di pinggiran kota Jogja, maka dari sisi eksklusivitas-nya, kita adalah mall yang paling megah di Jogja dan Jawa Tengah, dengan target pasar kita adalah masyarakat kelas menengah ke atas," tambah Budi.

Terpisah, Herman E Fherro mengungkapkan, Hartono Ma telah menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian, dalal hal ini Polda DIY, beserta masyarakat di sekitar mall, utamanya terkait pengamanan lalu lintas dan penyerapan sumber daya manusia, berikut perbaikan infrastruktur di lingkungan sekitar mall.

"Akses jalur lambat nantinya akan dilebarkan jadi dua kali lipat, jalan yang di samping juga akan diperlebar dari 2 meter jadi 7 meter. Kita juga akan menyerap tenaga kerja dari warga sekitar, itu yang paling penting," kata Herman.

Lebih lanjut Herman menjelaskan, sebagai mall terbesar dan termegah se-DIY dan Jawa Tengah, Hartono Mall menyediakan hingga 300 tenant, yang didatangkan langsung dari Jakarta. "Jadi para pendatang tidak perlu jauh-jauh ke Jakarta, karena di sini (Hartono Mall Jogja) semuanya sudah ada, lebih murah lagi," seru Herman.

Peresmian ini sendiri diakui Herman baru bersifat trial, alias baru dalam tahap ujicoba. "Grand opening nanti rencananya akan diadakan akhir Desember," pungkasnya.

(Azka qintori)

Jumat, 20 November 2015

Go-Jek Jadi Pilihan Nafkah Tukang Ojek Konvensional



YOGYAKARTA - Kehadiran ojek online (Go-Jek) di DIY mulai diminati masyarakat, terutama bagi mereka yang ingin mengubah nasib dengan menjadi driver (pengemudi) Go-Jek.

Seperti yang diungkapkan salah satu driver Go-Jek, Tri Anto. Ia menuturkan ingin menjadi menjadi driver Go-Jek, setelah mendengar saran dan masukan dari teman-temannya sesama tukang ojek. "Saya tertarik gabung (dengan Go-Jek), karena saya mendapat banyak dukungan dari kawan-kawan saya, mereka yang bilang ke saya supaya bisa mengubah nasib di tempat ini. Kebetulan teman saya juga ada yang sudah kerja di sini," kata Anto, sapaannya, saat ditemui di kantor Go-Jek Yogyakarta di Jalan Tentara Zeni Pelajar, Pingit, Selasa (17/11/2015).

Anto menjelaskan, ia mendaftar sebagai pengemudi Go-Jek sekitar seminggu yang lalu, saat temannya memberitahu ada lowongan driver Go-Jek di Yogyakarta, bersamaan dengan kemunculan bisnis angkutan umum berbasis online ini pada Senin (16/11) lalu.

"Begitu ada tawaran itu, saya langsung coba. Bagi saya ini adalah sesuatu yang baik, saya akan lihat dulu perkembangannya selama satu bulan seperti apa," ujar Anto yakin.

Dalam sistemnya, para pengemudi Go-Jek senantiasa menggunakan aplikasi android yang terdapat dalam ponsel, untuk mendapat panggilan dari calon penumpang. Panggilan pun akan masuk ke sistem yang ada di kantor pusat, dan akan disebar kepada para pengemudi Go-Jek yang terdekat dengan lokasi jemputan penumpang. "Jadi hape-nya harus selalu standby, gak bisa dilepas sedikitpun. Karena tahu-tahu panggilan bisa datang kapan saja," tambah Anto.

Sementara ini, kata Anto, tarif yang dikenakan bagi penumpang adalah 10 ribu rupiah per kilometer. Ini merupakan harga promo yang ditetapkan perusahaan selama beberapa minggu pada awal pembukaan. Namun ketika memasuki masa normal, tarif yang dikenakan sebesar tiga ribu rupiah per kilometer. "Itu nanti akan ada tambahan-tambahannya, terlebih saat masa promo," kata Anto.

Kantor Go-Jek di Yogyakarta pada pagi tadi masih diserbu beberapa orang yang ingin melamar menjadi driver Go-Jek. Kedatangan Anto sendiri adalah untuk menanyakan beberapa hal yang ia rasa masih mengganjal saat sudah "beralih profesi" menjadi driver Go-Jek. Sebelum menjadi pengemudi Go-Jek, ia sebelumnya juga pernah menjadi pengemudi ojek konvensional.

(Azka Qintori)

Kamis, 19 November 2015

Budi Waseso Komitmen Berantas Narkoba Secara Massif


SLEMAN - Mantan Kabareskrim Polri yang kini menjabat sebagai Kepala BNN Pusat, Komjen Pol Budi Waseso, menyatakan kesiapannya untuk terus memberantas narkoba, dengan melakukan berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan, yang turut dibantu sejumlah institusi lainnya, termasuk Polri.

"Kami akan terus berupaya memberikan hukuman yang tepat bagi para pengedar maupun pengguna narkoba, agar bisa membuat mereka kapok. Nantinya kerja kita juga akan dibantu institusi-institusi lain, seperti TNI dan Polri," ujar Buwas, panggilan akrabnya, kepada awak media pasca-menjadi narasumber dalam dialog interaktif terkait P4GN dengan Polda DIY, Selasa (17/11/2015).

Disebutkan Buwas, baik para pengguna maupun pengedar, nantinya harus menjalani proses penegakan hukum, terutama melalui kepolisian. Sebelum akhirnya dibawa ke lapas untuk direhabilitasi.

"Semuanya harus melalui proses hukum, tidak bisa kita langsung tindak begitu saja. Yang pasti dia (pelaku) harus sampai kapok dan tidak mengulanginya lagi," tambah Buwas.

Untuk dapat merealisasikannya, Buwas bahkan berencana membangun penjara di pulau kecil, yang di dalamnya terdapat hewan-hewan liar. "Saat ini penjara itu sebenarnya sudah ada, tapi belum kita fungsikan, karena masih menunggu beberapa persetujuan. Yang pasti kami sudah siap," tandasnya.

(Azka Qintori)

Polda DIY Evaluasi Kinerja Jajaran Melalui Uji Sosiometri



SLEMAN - Sebagai bagian dari evaluasi kinerja terhadap para jajarannya, Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) melakukan uji Sosiometri di Gedung Serbaguna Polda DIY pada Jum'at (13/11).

Kabid Propam Polda DIY, Eka Wahyudianta mengungkapkan, ujian ini adalah bentuk keinginan Polri, untuk dapat menguji kinerja anggota kepolisian dari berbagai satker (satuan kerja, red) dalam rangka reformasi birokrasi di tubuh kepolisian. "Kami ingin tahu sejauh mana kinerja mereka, untuk dapat mengukur tingkat loyalitas, dedikasi, kerjasama antar-anggota, nanti di situ akan ketahuan," ucap Eka, Jum'at (13/11).

Lebih lanjut Eka menyatakan, kegiatan ini adalah yang pertama kali dilaksanakan Polda DIY dalam hal mengevaluasi para jajarannya. "Kegiatan ini juga memiliki fungsi untuk memberikan masukan terhadap satker, dalam rangka pembagian kerja, dan profesionalisme di lapangan dalam melayani masyarakat," kata Eka.

Menurut Eka, saat ini terdapat total 35 pengaduan masyarakat yang telah ditindaklanjuti oleh kepolisian, 87 pelanggaran yang melibatkan anggota Polri, 80 terkait kode etik, dan 24 perkara terkait tindak pidana. "Oleh karena itu ujian ini penting untuk mengetahui sejauh mana kepribadian mereka, agar angka-angka tersebut bisa diperkecil," tambahnya.

Sementara uji sosiometri ini diikuti total 10.064 anggota Polda DIY dari berbagai Satker, yang dibagi beberapa sesi dalam beberapa hari.

(Azka Qintori)

KPA Kota Yogyakarta Raih Penghargaan KPA Terbaik Se-Jawa Tahun 2015

YOGYAKARTA - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Yogyakarta dinobatkan sebagai yang terbaik dalam penghargaan yang diberikan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dalam pertemuan Nasional (Pernas) AIDS 5 di Makassar beberapa waktu lalu.Melalui Sekretaris-nya, Drs. F. Kaswanto, KPA Kota Jogja mengungkapkan rasa terima kasihnya, atas penghargaan yang telah diberikan kepada mereka.

"Kami diberitahu dapat penghargaan oleh KPAN sebagai KPA kota/kabupaten terbaik se-Jawa," seru Kaswanto dalam jumpa pers yang dilaksanakan di Kawasan Balaikota, Senin (9/11).

Berdasarkan penilaian KPAN, KPA kota Jogja berhak atas penghargaan ini, setelah memenuhi beberapa kriteria selama kurun 2014-15. Diantaranya bidang kelembagaan, dimana KPA Kota Jogja memiliki logistik yang terlengkap di DIY, lalu kriteria berikutnya adalah program kerja, dimana KPA Kota Jogja mempunyai program unggulan yaitu pembentukan warga peduli AIDS di tiap kelurahan di kota Yogyakarta, yang tahun ini sudah mencapai 25 kelurahan dari total 45 kelurahan yang ada di kota Yogyakarta.

Sementara kriteria yang terakhir adalah dari segi administrasi. "KPA Kota Jogja setiap bulannya melaporkan penggunaan anggaran secara tepat waktu dan tertib. Kami selalu diperiksa keuangan dan logistik yang ada," tambah Kaswanto.Meskipun berhasil meraih penghargaan, KPA Kota Jogja tak lupa mengingatkan bahaya HIV-AIDS yang semakin massif di lingkungan masyarakat.

Menurut penuturan Kaswanto, jumlah kasus penderita HIV-AIDS selalu meningkat sejak tahun 2012."Sampai bulan Maret 2015, jumlah kasus yang kami catat masih di angka 831 kasus, akumulatif sejak tahun 2004, dengan rincian kasus HIV 580 dan AIDS 251," tuturnya.Atas penghargaan ini, Kaswanto pun berharap, agar KPA Kota Jogja bisa semakin maju dalam menanggulangi permasalahan HIV-AIDS di Indonesia, khususnya kota Yogyakarta. "Dengan penghargaan ini, kami harap dapat semakin maju dan selalu meningkatkan kontribusi positif, dalam upaya penanggulan AIDS di Indonesia," tutupnya.
(Azka Qintori)